-->
Ajaran Zen dan Penjelasannya Lebih Lanjut

Ajaran Zen dan Penjelasannya Lebih Lanjut





Setiap tindakan dan setiap pemikiran di sini dan sekarang harus benar dan harmonis: ini adalah Zanshin. Konsep ini ditemukan di beberapa cabang seni Zen, Budo (seni bela diri Jepang), terutama Kendo, dan Ikebana (karangan bunga), chado (upacara minum teh) dan sumi-e (lukisan tinta). Konsep Zanshin adalah bahwa seseorang harus hadir sepenuhnya dalam tindakan apa pun yang tersedia. Ketika saya makan, saya makan. Pikiranku benar-benar terlibat dalam makan. Saat aku bertarung, aku bertarung. Pikiranku benar-benar terlibat dalam pertarungan melawan aksi. Saya di sini dan sekarang, benar-benar tenggelam dalam momen haiku yang saya alami. Jika Anda tidak bahagia di sini dan sekarang, bagaimana Anda bisa bahagia? (Taisen Deshimaru)

Konsep Fudoshin adalah "pikiran yang tidak dapat dipecahkan", yaitu, pikiran yang telah memenuhi semua tantangan kehidupan dan yang telah mencapai ketenangan dan impotensi. Fudoshin dikaitkan dengan perasaan tak terkalahkan, pikiran yang tidak dapat diganggu oleh perasaan melankolis subyektif, kebingungan, keraguan atau ketakutan. Di Jepang feodal, Fudoshin memanifestasikan dirinya dalam demonstrasi keberanian dan tekad Samurai untuk menghadapi kesulitan, bahaya, rasa sakit dan bahkan kematian, tanpa rasa takut. Seperti seorang pendekar pedang Jepang, Tsukahara Bokuden berkata: "Ketenangan mental, bukan keterampilan, adalah tanda samurai dewasa." Seluruh bulan dan seluruh langit tercermin dalam embun di atas rumput. (Dogen Zenji)

Konsep Mushin adalah inti dari seni bela diri Zen. Mushin secara harfiah berarti "pikiran tanpa pikiran," dan ini biasa disebut "keadaan tidak sadar." Ini adalah situasi di mana pikiran tidak dikendalikan oleh pikiran yang mengganggu seperti khawatir, takut, khawatir atau emosi, baik dalam pertempuran atau dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu pikiran terhubung dengan kosmos. Dalam kehidupan sehari-hari Anda, jika keinginan atau keinginan untuk melakukan sesuatu adalah karena dorongan hati yang dinyatakan sebagai pikiran sadar, itu bukan Zen. Spontanitas, inilah intinya. Keadaan pemikiran murni ini, dari kejernihan mental murni, dihasilkan oleh ketiadaan ego atau keterbatasan diri. Pikiran Mushin bukanlah pikiran kosong seperti kulit kosong, sebaliknya, ini adalah kondisi mental di mana pikiran benar-benar hadir, sadar dan bebas.

Konsep Mushin identik dengan ungkapan metafora Jepang "Mizu no Kokoro" atau "mind like water". Sikap mental ini mengacu pada pikiran yang sepenuhnya selaras dengan Kosmos sehingga menyerupai sebuah kolam di mana masih ada air tanpa riak, di mana permukaannya menunjukkan gambar yang terdistorsi seperti cermin.

Mushin dicapai ketika pikiran seseorang bebas dari kemarahan, ketakutan atau ego selama pertempuran atau kehidupan sehari-hari. Pikiran Mushin tidak memiliki ego atau substansi; Itu adalah Pencerahan murni dan merupakan realisasi sempurna dari diri sendiri. Keadaan pikiran ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berlatih. Mushin dicapai ketika pikiran seseorang bebas dari kemarahan, ketakutan, penilaian atau ego selama pertempuran atau kehidupan sehari-hari. Fenomena tidak berbeda dari kekosongan, kekosongan tidak berbeda dari fenomena. (Sutra hati).

3. CARA SEDERHANA UNTUK MENUNJUKKAN CARA DI HAIKU

Wabi-sabi adalah konsep estetika tradisional Jepang, ini tentang estetika Zen, filosofi cara melihat dunia, berpusat pada "kesadaran kekosongan" dan penerimaan ketidakkekalan dan ketidaksempurnaan. Estetika ini kadang-kadang digambarkan sebagai "menemukan keindahan" dalam ketidaksempurnaan, tidak kekal dan tidak lengkap. Namun, jika dianalisis lebih teliti, Wabi-Sabi adalah kristalisasi dari filosofi cara berpikir Zen yang terkandung dalam berbagai bentuk ekspresi artistik Zen.

Wabi-Sabi dalam haiku adalah sesuatu yang berhubungan dengan objek yang disensor dengan indera kita, dalam suatu peristiwa atau adegan yang terjadi di alam, misalnya: melihat ranting botak dan juga melihat daun kering jatuh dan tersebar. Ekspresi muncul untuk itu, di dalam diri kita, perasaan melankolis yang tenang, tersembunyi dalam kesendirian, dan ada kerinduan yang tidak disimpulkan atau tidak dapat dijelaskan. Tetapi segera kita menyadari tiga realitas sederhana yang harus terjadi dalam kehidupan fana ini: tidak ada yang abadi, tidak ada yang sempurna, tidak ada yang selesai.

LihatTutupKomentar